Jadilah MamakuDiperbarui pada Oct 10, 2023, 04:16
21+
“Mama…”
Aku yang tengah duduk di bangku taman untuk merilekskan pikiran, terkejut saat seorang bocah kecil, berusia 6 tahun, tiba-tiba datang dan memelukku dari belakang. Selain itu, juga memanggilku ‘mama’. Tidak hanya ada satu kejutan, seorang lelaki dengan kerah baju terbuka, rambut acak-acakan dan wajah frustasi mengejar dari belakang. Tatapan kami sempat bertemu sesaat.
“Dia…putramu?” seruku pelan, memastikan bahwa kali ini mataku tidak berbohong.
“Ya!” Rinaldy menjawab dengan sangat datar, raut wajahnya tidak berekspresi, “Tapi…dia juga putramu, Nina. Jangan kebanyakan drama, ini sudah sore, dan bayi kita butuh tidur untuk sore ini!”
Aku mendadak terkekeh saat Rinaldy mengusap perutku yang sudah mulai buncit, setelah memasangiku mantel tebal. Abian–putra angkatku, juga ikut memeluk dan mengelus perutku. Kebahagiaan yang aku alami saat ini, mengingatkanku kilas balik selama beberapa tahun terakhir.
“Al, apa kau ingin 2 tahun lalu?”
“Ingat apa, hmm?”
“Saat itu, Abian juga pertama kali menemukanku di taman ini. Kita juga dipertemukan kembali di sini, kau mengingatnya?”
“Sudah, jangan banyak bertanya lagi. Kita pulang dulu, nanti saja mulai lagi!”
Aku hanya tersenyum menatap sosok suami yang sangat overprotective semenjak aku menyetujui lamarannya. Apalagi saat memasuki bulan kehamilanku. Dia yang tidak bisa aku tolak, dan satu-satunya lelaki yang berhasil mengobrak-abrik perasaanku.
Mungkin, aku akan menceritakan bagaimana awal taman ini menjadi saksi kami dipertemukan kembali, setelah hampir 4 tahun putus karena sebuah kesalahpahaman.
INFO
COVER : PEXELS
FONT : CANVA