bc

Bidadari Tersembunyi (The Hidden Fallen Angel)

book_age18+
2.6K
FOLLOW
14.1K
READ
possessive
love after marriage
second chance
sensitive
drama
sweet
bxg
others
wife
like
intro-logo
Blurb

"Witing tresno jalaran soko kulino."

Yang artinya Cinta akan datang karena terbiasa.

Apakah peribahasa itu akan benar terjadi pada seorang laki-laki yang bernama Eshan Rayyan Altair yang dijodohkan oleh sang ibu dengan seorang wanita yang sama sekali belum ia kenal dan jauh dari kriteria dan impian istri yang ia inginkan selama ini.

Akankah tumbuh benih cinta di hati Eshan? ataukah Eshan akan berpaling dengan wanita yang sesuai dengan kriteria istri yang Eshan impikan selama ini?

chap-preview
Free preview
1. Perjodohan
Sore ini tampak begitu cerah, terlihat senja yang menenggelamkan diri di balik dinding langit. Namaku Eshan Rayyan Altair, yang artinya anak laki-laki tampan yang selalu disayangi Tuhan dan akan menyinari hidupnya dengan penuh kebaikan. Mungkin kedua orang tuaku memberi nama itu agar aku menjadi anak yang dapat menyinari kehidupan kedua orang tuaku dengan kebaikan. Aku sering dipanggil dengan Eshan. Saat ini usiaku 26 tahun. Kini aku sedang duduk santai di teras rumah bersama ibuku dan juga adik perempuanku bernama Bella. Adikku masih duduk di bangku sekolah, yaitu kelas 3 SMP. Kami sedang menikmati senja dengan secangkir kopi dan pisang goreng yang masih hangat. "Nak, bagaimana keputusanmu?" Tanya ibu. "Keputusan tentang apa bu?" "Perjodohanmu dengan anak sahabat ibu yang pernah ibu bicarakan kepadamu." Yah, ibuku akan menjodohkanku dengan wanita yang sama sekali tidak kukenal. Dia adalah anak dari sahabat ibuku sewaktu ibu masih kuliah dulu. Ibu menceritakan padaku panjang lebar tentang wanita itu. Beliau berkata padaku, kalau dulu mereka pernah membuat janji satu sama lain, jika nanti anak mereka berlawanan jenis, maka mereka akan menjodohkannya. Dan itu pun benar-benar terjadi. Sahabat dari ibuku memiliki anak seorang perempuan. Sedangkan ibuku memiliki seorang laki-laki yaitu aku. Aku pikir perjodohan sudah tidak ada lagi di jaman sekarang. Namun ternyata itu masih terjadi kepadaku. Karena orang bilang ini bukanlah jamannya Siti Nurbaya. Aku juga heran, bisa-bisanya ibu berpikiran seperti itu. Pikiran orang dulu terkadang memang aneh. "Haruskah dengan dia bu? Haruskah perjodohan ini terjadi bu?" Tanyaku karena merasa tidak yakin. "Ibunya Aqila adalah sahabat ibu selama kuliah, kami sudah berjanji akan menjodohkan anak kami demi untuk menjaga tali persaudaraan kami. Maka dari itu ibu mohon keikhlasanmu sayang." Ucap beliau dengan nada mengiba. "Tapi bu, aku belum pernah melihatnya." "Percayalah pada ibu, anakku. Ibu sudah sangat mengenal nak Aqila. Dia anak yang baik, sopan, sayang keluarga, dan juga berpendidikan. Ibu juga tahu persis garis keturunan keluarganya. dan ibu juga tahu persis sikap dan kebaikan kedua orang tuanya, nak." "Iya bu. Tapi Eshan sama sekali tidak mengenalnya bu." “Iya mas, mbak Aqila itu cantik, putih, tinggi, kalem, baik banget lagi.” Ucap adikku yang ikut mengompor-ngompori. “Apa memang benar seperti itu orangnya?” “Iya mas. Saat mas Eshan masih kuliah di Australia, Aku sering diajak sama ibu bertemu dengan mbak Aqila. Aku juga akan sangat senang jika mbak Aqila bisa menjadi kakakku. Selama ini aku sangat menginginkan kakak perempuan.” "Percayalah nak. Semua orang tua akan selalu memilihkan dan menginginkan yang terbaik untuk anaknya." Aku pun sudah tak bisa berkata-kata atau mengelak semua perkataan ibuku. Sedihnya, aku tiada berdaya sama sekali untuk melawan ibuku sendiri. Aku tak punya kekuatan apa-apa untuk memberontaknya. Sebab sejak ayahku meninggal 8 tahun yang lalu. Ibuku adalah segalanya bagiku, beliau bukan hanya ibu, melainkan juga bisa menjadi sesosok ayah bagiku. Ibuku berjuang banting tulang sendirian untuk menghidupi keluarga kami. Ibuku memenuhi semua kebutuhan kami sehari-hari dan menyekolahkan aku dan juga adikku. Bahkan beliau juga masih memikirkan kebutuhanku saat aku mendapatkan beasiswa kuliah di Australia. Beliau selalu berkata padaku, jika aku tidak boleh bekerja dulu saat kuliah, aku harus fokus belajar dan terus belajar, jangan memikirkan soal uang, pasti Tuhan akan memberi jalan-Nya. Selama kuliah aku tak jarang mendapat predikat mahasiswa terbaik. Ibuku memang benar, bahwa Tuhan akan memberi jalan yang terbaik. Nyatanya beliau bisa membiayai pendidikanku hingga selesai hanya seorang diri. Dan kini aku telah menjadi dosen di sebuah universitas ternama di Indonesia. Akhirnya aku bisa meminta ibuku untuk berhenti bekerja dan beristirahat. “Bu, tidak bisakah aku sendiri dulu.” “Maksudnya nak?” “Aku benar-benar belum ingin menikah dalam waktu dekat ini bu. Aku ingin membahagiakan ibu dulu. Jika aku menikah nanti, pasti aku akan fokus kepada istriku dan bagaimana dengan ibu? Biarkan aku membalas semua kerja keras ibu selama ini meskipun itu tak seberapa.” “Eshan dengarkan ibu.” Ibuku menggenggam tanganku. Beliau menatapku dengan kulit wajah yang sudah mulai mengeriput. “Ibu tak meminta balasan apapun darimu. Itu memang sudah tugas ibu untuk membesarkan kalian. Dan jika kau ingin membahagiakan ibumu, cukuplah kau menerima perjodohan ini dan menikahlah dengan nak Aqila.” Aku benar-benar bingung saat ini. Aku ingin sekali langsung menerima perjodohan ini, karena itu pasti akan membuat ibuku sangat senang, namun entah kenapa hatiku terasa sangat berat sekali untuk menerimanya. "Bisakah ibu memberiku waktu?" "Baiklah, ibu akan memberikanmu waktu. Ibu yakin kau akan memilih yang terbaik untukmu. Tapi jangan lupa, ibu juga selalu menginginkan yang terbaik untukmu." "Terima kasih bu. Aku akan memikirkannya." "Jangan terlalu lama ya. Sebab ibu juga harus memberi keputusan kepada keluarga Aqila. Dan ibu dengar juga banyak yang sudah siap mengantri untuk melamarnya." "Baik bu. Jika aku sudah menemukan jawaban, segera akan aku beritahu ibu." "Iya sayang. Buatlah keputusan dengan baik. Jangan buat keputusan yang akan membuat kamu menyesal seumur hidup." "Iya bu. Eshan akan memikirkannya dan meminta petunjuk kepada Allah untuk memberi jalan yang terbaik.” “Baiklah.” “Kalau begitu, Eshan akan masuk ke kamar dulu ya bu." "Iya nak, ibu mau disini dulu bersama Bella." Aku pun masuk ke dalam dan meninggalkan ibu di teras. Aku berjalan dengan langkah yang sangat berat. Beban tentang perjodohan itu selalu terngiang-ngiang di pikiranku. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku tak ingin mengecewakan ibuku, namun aku juga tak ingin menikah dengan seseorang yang sama sekali tak kukenal. "Ya Tuhan, berikanlah petunjukmu untuk hambamu ini." Aku sedang menyiapkan materi pembelajaran untuk perkuliahan ku besok. Namun, entah mengapa aku tak bisa fokus. Di dalam otakku hanya tentang perjodohan dan wanita yang bernama Aqila. Kira-kira seperti apa wanita yang bernama Aqila itu? Mengapa ibu dan adikku selalu memujinya? Apakah dia memang benar-benar cantik dan baik? Entahlah aku juga tak tahu. Sebenarnya aku sudah memiliki kriteria sendiri untuk mencari seorang wanita. Apakah Aqila juga termasuk dalam kriteriaku? Jika tidak, mungkin akan sulit untukku jatuh cinta padanya. Namun aku tak ingin mengecewakan ibuku. Bayangan seorang perempuan bernama Aqila terus saja menghantuiku. Aku memutuskan untuk menutup semua bukuku, karena memang aku sama sekali tak bisa berkonsentrasi, lalu merebahkan tubuhku di ranjang tidurku. Aku mulai memejamkan mataku dan berharap esok hari aku akan mendapat petunjuk untuk masalah ini. Bersambung ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rujuk

read
909.1K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.8K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.5K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook